Selasa, 10 November 2009

Talking to Myself


Semalam, ketika aku sedang makan malam di food court sebuah mall ada kejadian kecil yang cukup membuat aku terpana. Seorang gadis kecil berusia sekitar 5 tahun (dan aku yakin tidak lebih) sedang berjalan bersama suster pengasuhnya, melewati tempat aku duduk. Aku sempat mendengar percakapan singkat mereka.
"Suster, HP aku dimana ya?" tanya gadis kecil itu. Suster pengasuhnya menjawab "Oh Blackberry kamu dipegang sama mami kamu".

Aku hampir saja terbatuk-batuk mendengar jawaban si suster itu. Yang ada dalam bayanganku, bagaimana bisa seorang anak kecil seusia itu sudah mendapat fasilitas sedemikian mewah, padahal mungkin fungsinya belum begitu berarti untuk anak seusianya. Aku sejenak menyingkirkan dahulu kenyataan bahwa pastinya orang tua si gadis cukup berada sehingga sanggup membelikan barang semewah itu. Aku sangat paham, untuk ukuran jaman sekarang memang handphone bukan lagi dipandang sebagai barang mewah. Lebih ke fungsinya yang memudahkan kita untuk berkomunikasi. Tapi untuk anak seusia itu, pantaskan diberi barang yang semewah itu? Maaf, mungkin lebih tepat apakah harus semewah itu? Kemajuan teknologi memang telah memanjakan manusia, apalagi orang-orang Indonesia yang menurutku amat sangat konsumtif. Barang semewah apapun, orang-orang kita pasti berlomba-lomba untuk segera memilikinya, bahkan untuk mendapatkannya sering kali dipermudah oleh institusi-institusi perbankan. Kita diperbudak oleh kemewahan, padahal belum tentu kita sebenarnya sudah layak mendapatkannya. Seringkali dipaksakan.

Aku memang bukan seorang muslim sejati yang sudah sedemikian banyak ilmunya sehingga hal sepele seperti ini saja menggoda aku untuk berfikir. Tidak. Ini seperti kacamata buat aku sendiri. Seingatku Allah tidak senang kepada umatNya yang bermewah-mewahan. Mintalah kekayaan padaNya, niscaya Ia akan memberimu kekurangan agar kita bijaksana memanfaatkan kekurangan itu menjadi kelebihan. Itulah sejatinya kekayaan. Meminjam ungkapan seorang sahabat, kebahagiaan sesungguhnya adalah ketika kita berbagi bukanlah mengumpulkan. Belum tentu kekayaan duniawi membuat kita bahagia, apalagi tanpa dibarengi kekayaan bathin.

Allah tidaklah selalu mengabulkan keinginan setiap umatnya, Ia senantiasa mempunyai rencana yang lebih indah dibanding keinginan kita. Sering kali kita minta segala sesuatu agar kita bisa menikmati kehidupan di dunia ini. Allah Maha Bijaksana, belum tentu segala sesuatu itu langsung Ia berikan pada kita, tapi lihatlah Ia memberikan kita kehidupan agar kita bisa menikmati segala sesuatu. Subhanallah.....

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails